Selasa, 16 April 2013

Struktur dan Komposisi Hutan Gunung Tumpa Manado




STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN  GUNUNG TUMPA,  
SULAWESI UTARA**

Abanius Yanengga / 090317012 **)

                                                                                                I.          PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
         Gunung Tumpa adalah salah satu  gunung yang terkenal  di Provinsi Sulawesi Utara dengan tipe awalnya sebagi kawasan Hutan Lindung; dan sekarang  ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Rotinsulu, 2012 ) . Gunung Tumpa memiliki luas 215 hektar, secara  geografis terletak antara 1o30,-1o40, LU dan 124o40,‑126o50 BT;  dan Secara administratif sekitar 90 persen kawasan masuk Kota Manado, sisanya 10 persen berada di wilayah Kabupaten Minahasa Utara. 
Gunung Tumpa berada pada ketingian 610‑750 m dpl. Terletak di Kabupaten Minahasa Utara. Gunung Tumpa cukup berisiko karena memiliki tanjakan yang tinggi dan lembah yang curam 15‑70%  (Anonimus, 2002). Palenewen, dkk. (1994) .
Palenewen dkk, (1994)  jenis-jenis yang mempunyai INP > 100% disebut sebagai penyusun utama komunitas. Jenis-jenis ini merupakan indikator penting yang mencerminkan kondisi dan proses terjadi pada lingkungan tertentu . Antara lingkungan dengan dominasi jenis jenis penyusun vegetasi pada tiap komunitas mempunyai humbungan yang erat. Untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi dikaji, perlu adanya pengamatan langsung di lapangan.
Text Box: _________________________________________________________________________________________
*) Makalah seminar usulan penelitian dibawakan dalam forum seminar Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian UNSRAT.
**) Mahasiswa Fakultas Pertanian UNSRAT Jurusan Budidaya Pertanian Progran Studi Ilmu    Kehutanan Dengan
       Komisi Pembimbing: Dr. Ir.Martina A. Langi,MSc (Ketua), Ir. Reinold P. Kaide MP, (Anggota) Wawan Nurmawan S,Hut,Msi (Anggota)







Hutan adalah bagian dari sumber daya alam nasional yang memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan, dan lingkungan hidup. Hutan memiliki berbagai manfaat yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabilah hutan eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal baik melalui fungsi ekonomi, ekologi, dan sosial. Hutan akan memberikan peranan nyata apabilah dikelola seiring  dengan upaya pelestarian guna mewujudkan  pembangunan yang berkelanjutan (Zaim,1998).

 Gunung Tumpa suatu rencana penatagunaan lahan hutan didasari pada pertimbangan iklim, letak dan keadaan tanah, sifat tanah, dan prkembangan masyarakat yang bertujuan sebagai penaan erosi, longsor, banjir, dan pemeliharaan kesuburan tanah, (Salim 2004).  Gunung Tumpa mengakomodasi aktivitas pertanian, perkebunan, dan rekreasi alam dalam kondisi terbatas   (PP No.6,2007). Salah satu komponen utama di Gunung Tumpa adalah vegetasi berpohon. Vegetasi yang menempati Gunung Tumpa terbentuk akibat proses intraksi antara vegetasi itu sendiri dengan tanah dan iklim.
      Gunung Tumpa menyimpan kekayaan alam flora dan fauna yang endemik dan memiliki  daya tarik yang unik bagi pengembangan wisata alam. Walaupun dilihat dari segi luas yang  relativ kecil, namun potensi yang tergantung dalamnya cukup besar, (Anonimus,2002).
Palenewen, dkk. Melaporkan bahwa ada 156 jenis flrora yang meliputi, 88 genus, diantranya jenis yang dilindungi, kontervasi dan melestarikan endemik seperti; Caryota sp, Knema  latericia, Masarangense, Calophyilum soulatrt, Colamus sp, Spathodea campanulata,Dilenia celebica, Dracontomelum magiverum, Maccaca nigra, Livistona rotundifolia, Balanophora  sp, Pigafetta filaris,  dan Osmaxylon, Tarsius spectrum, Moleo,dll.
Fungsi  Gunung Tumpa sangat ditentukan oleh vegetasi yang sangat menutupi kawasan tersebut dimana keberadaan vegetasi dapat digambarkan menganalisis struktur vegetasi. menurut Dansereau dalam Dumbois dan Ellenbreg (1974) struktur vegetasi dapat didefinisikan sebagai orgaanisasi individu – individu dalam ruang yang membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan.
1.2.          Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
Untuk menentukan struktur dan komposisi hutan  Gunung Tumpa.
1.3.          Manfaat Penelitian
 Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi masukan teknis kepada intansi terkait      mengenai  pengelolaan hutan  Gunung Tumpa.



                                                                                      II.          TINJAUAN PUSTAKA

2.1.     Analisis Vegetasi
Ewusie (1992) dalam Mayor (1997), menyatakan bahwa vegetasi adalah suatu komunitas dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas antara lain adalah susunan flora dan fauna serta pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri kuantitatifnya meliputi beberapa parameter yang dapat diukur seperti kerapatan (frekuensi), kepadatan dan penutupan.
Menurut Kusmana (1997), parameter kuantitatif  vegetasi dari suatu tipe komunitas tumbuhan adalah:
a)     Kerapatan (density). Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Bila 50% dari bagian tumbuhan berada dalam petak contoh, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam petak dan harus dihitung pengukuran kerapatannya.
b)     Frekuensi. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran persen.
c)      Penutupan (covering). Penutupan adalah proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi tajuk tumbuhan. Penutupan selalu dinyatakan dalam persen karena proyeksi tajuk suatu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya kemungkinan besar bertumpang tindih (overlapping). Penutupan bisa juga digambarkan oleh proyeksi basal areal sebagai pengganti dari luasan areal tajuk.

2.2.     Struktur dan Komposisi Vegetasi
Komposisi dan struktur vegetasi hutan  Gunung Tumpa sangat bervariasi jenis penyusunnya. Adapun komposisi jenis penyusun vegetasi di lokasi penelitian secara umum terdiri atas  berberapa spesies, yaitu : Altonia ranvolvia,Canarium sp,Caryota mitis,Kayu Besi, Dilenia ocrheata,Beringin sp,Nantu dll. Nilai penting dan kerapatan spesies yang paling  dominasi Gunung Tumpa. Faryanti (Polii & Walagitan).
Keanekaragaman (biodiversity), suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan.    Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan, baik yang disebabkan oleh adanya aktivitas alamiah maupun manusia.
Menurut Clemen dan Weaver (1978) vegetasi adalah pepohonan, semak belukar dibawahnya, tumbuahan herba dan lantai hutan dengan lumut-lumut dan sebaginya. Istilah vegetasi dapat disamakan dengan komonitas tumbuhan. Organisasi indivindu-individu tumbuhan dalam suatu areal disebut struktur vegetasi. Sedangkan komposisi  vegetasi merupakan susunan dan jumlah jenis dalam suatu komonitas tumbuhan  (Mueller-Dombais dan Ellengberg,1974).
Menurut Kershaw (1973)  struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
a.      Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan tumbuhan bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu komunitas.
b.     Sebaran horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
c.       Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Vartikal, struktur horizontal dan kelipahan jenis (abudance). Apabila banyaknya individu itu dinyatakan persatuan luas maka nilai itu di sebut kerapatan (density). Banyaknya suatu perbandingan yang terisi oleh suatu jenis terhadap jumlah petak-petak seluruhnya di sebut frekuensi. Nilai frekuensi sangat diperlukan dalam menghitung nilai penting dominasi. Besaran frekuensi relative yaitu persen frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi semua jenis. Dominansi suatu jenis terdapat jenis jenis lain didalamnya vegetasi dinyatakan berdasarkan besaran-besaran sebagai berikut:
1.     Banyaknya individu dan kerapatan (density)
2.     Persen penutupan dan luas bindan dasar (basal area)
3.     Indek nilai penting (INP) (Importan Value Indeks)
Luas bindang dasar dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan vegetasi hutan. Untuk menentukan nilai penting diperlukan besaran bindang dasar relative yaitu persen bindang dasar suatu jenis terhadap jumlah bindang dasar semua jenis . Untuk untuk menetapkan dominansi jenis dalam suatu tegakan dapat digunakan salah satu dari besaran- besaran  luas bidang dasar, volume dengan menghitung INP.
Menurut Palenewen dkk, (1994)  jenis-jenis yang mempunyai INP > 100% disebut sebagai penyusun utama komunitas. Jenis-jenis ini merupakan indicator  penting yang mencerminkan kondisi dan proses terjadi pada lingkungan tertentu .  Antara lingkungan dengan dominasi jenis penyusun vegetasi pada tiap komunitas mempunyai humbungan yang erat (Clements dan Weaver,1978). Untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi dikaji, perlu adanya pengamatan langsung di lapangan. Alat yang banyak digunakan untuk kajian yang berhungan dengan komposisi dan struktur vegetasi di sebut analisis vegetasi.
Kondisi flora yang penyusun areal hutan  Gunung Tumpa terdiri atas lima tipe vegetasi yang meliputi, areal hutan primer, hutan sekunder tua, hutan sekunder muda, semak, semak belukar, dan alang-alang. Sebaran tipe vegetasi membentuk zonasi dari bagian bawah ke puncak sebagai akibat dari kengiatan pertambahan. Secara umum vegetasi pohon yang dominansi Fikus sp, yang tersebar merata di seluruh areal hutan kecuali pada tipe vegetasi alang-alang. Pada hutan primer vegetasi pohon didominansi oleh jenis Palagium spp. Dan Canoriu spp. Areal hutan sekunder didominansi oleh Spathodea Campupanulata (Polii & Walagitan).
Dari aspek fauna wilayah  Gunung Tumpa ditemukan berbagai hewan liar seperti 38 jenis burung termasuk 28 famili, 1 genus dan 11 spesies di antaranya bersifat endemic. Juga  masih ditemukan Macaca nigra, babi hutan (Babyrousa babirussa), Kus-kus (Ailuops ursinus), berbagai jenis tikus.  Untuk jenis reptile ditemukan  Soa-soa (Hydrosaurus amboinensis) dan ular patola (Marelia sp), (Anonim, 1999).
2.3. Deskripsi Umum  Gunung Tumpa
Gunung Tumpa terletak pada lokasi yang strategis dilihat dari aspek ekologi, maupun tata  ruang , dimana kawasan hutan ini terletak pada daerah pengembangan parawisata Tamana  Nasional Bunaken. Dari aspek  aksesibilitas areal  Gunung Tumpa hanya berjarak 7 km dari  Pusat Kota Manado dan dapat di  katakan satu‑satunya ekosistem hutan alami yang paling dekat  dengan Kota  Manado.
Secara administrasi  Gunung Tumpa ini termasuk kedalam dua wilayah yaitu; Kota Madya  Manado (Molas Maras dan Tongkaina),  dan Kabupaten Minahasa Utara . Kelurahan Molas yang dulunya dikenal dengan Molrasa merupakan salah satu dari lima kelurahan yang terdapat di  sekitar  Gunung Tumpa. Posisi Molas persis di kaki  Gunung Tumpa sehingga dijadikan sebagai  Pusat Kecamatan Bunaken. Kelurahan Molas  mempunyai batas batas sebagai berikut : Sebelah Utara, perbatasan dengan Kelurahan Meras, sebelah Selatan perbatasan dengan Kelurahan  Tumumpa, sebelah Barat, perbatasan dengan Pantai Molas  (Laut Teluk Manado), dan di sebelah Timur berbatasan  dengan Kelurahan Pandu dan Bailing.
III.            METODOLOGI  PENELITIAN

3.1.        Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksankan Gunung Tumpa Manado Provinsi Sulawesi Utara, penelitian  ini akan dilakukan selama 2 (dua) bulan yaitu ;  bulan Mei dan bulan Juni 2013.

3.2.        Alat dan Bahan yang digunakan
Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah:
§   Alat tulis menulis 
§   Kamera digital
§   Komputer 
§   Tally sheet
§   Meteran
§   Kompas
§   Jenis jenis vegetsi yang terdapat di  Gunung Tumpa.

3.3.        Metode Penelitian
Metode yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah Metode survey lapangan  digunakan untuk mengidentifikasi vegetasi hutan dengan menggunakan teknik transek dengan petak persegi.
3.4.    Variabel Pengamatan
      Penelitian ini meliputi parameter ekosistem vegetasi dengan variabel-variabel yang diamati sebagai berikut :
1.     Jenis pohon
2.     Jumlah pohon perjenis
3.     Karakter perpohon
4.     Indeks nilai penting




1.     Parameter biologi hutan

Sebelum mengadakan pengumpulan data, dilakukan pengamatan lapangan yang meliputi keseluruhan kawasan hutan dengan tujuan untuk melihat secara umum komposisi tegakan hutan serta keadaan fisik setempat dan lain sebagainya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kerapatan vegetasi.
Dari setiap transek, data vegetasi diambil ada beberapa tahapan dalam mengambil data transek yaitu :
Menentukan petak pertama dengan cara, menarik garis sepanjang 100 m kemudian ditarik jarak 100 m,
a)     Menarik meteran dengan posisi awal yang telah diberi tanda (patok atau pengecatan pohon).
b)     Menentukan blok (petak contoh/petak ukur) di sebelah kiri dan kanan garis transek berbentuk bujur sangkar dengan ukuran :
1)     20 x 20 m untuk pengamatan fase pohon;
2)     10 x 10 m untuk pengamatan fase pancang (sapling);
3)     5 x 5 m untuk pengamatan fase semai (anakan).
c)  Untuk menentukan polot kedua dan selanjutnya jarak 100 m
d) Mekanisme pengambilan data sebagai berikut :
1)     Identifikasi setiap jenis vegetasi yang ada. 
2)     Mengukur diameter pohon setinggi dada dengan cara mengukur lingkaran   pohon, kemudian dihitung : Diameter keliling pohon.
3)     Setiap data yang telah terkumpul dan teridentifikasi langsung dicatat dalam    tabel pengamatan (tabulasi).

2.     Metode Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau komunitas tumbuh-tumbuhan. Salah satu cara dalam analisis vegetasi adalah dengan menggunakan metode jalur atau transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh dibuat memotong garis-garis topografi (Soerianegara dan Indrawan (1976). Semua permudaan pohon dikelompokkan berdasarkan tingkat pertumbuhan (growth stage), yaitu (a) anak pohon, yakni permudaan pohon yang memiliki diameter 2‑9,9 cm, dan (b) pohon, yaitu pohon muda dan dewasa yang memiliki diameter  ≥ 10 cm.
Untuk mengetahui jenis dominan disetiap tingkat pertumbuhan digunakan metode indeks nilai  penting (INP) (Curtis & Kusmana, 1997), dimana INP terdiri atas kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relative, yang dihitung berdasarkan persamaannya .
Data yang diperoleh di lapangan dihitung dengan mengunakan analisis vegetasi megunakan rumus:

Jumlah  individu tiap jenis

a. Kerapatan (K)  =   _________________________________X 100%

                                    Luas petak pengamatan


                                                  Kerapatan suatu jenis
b. Kerapatan Relative (KR) = _____________________________X100%
                                                  Kerapatan seluruh jenis

                                                Jumlah petak ditemukan suatu jenis
c. Frekuensi suatu jenis (F) = ________________________________________X100%   
                                    Jumlah       seluruh pengamatan

                                    Frekuensi relatif suatu jenis
d. Frekuensi Relatif (FR ) = _______________________________________ X100%
                                                Jumlah       seluruh pengamatan

                                          Jumlah luas bidang dasar suatu jenis
e. Dominansi (D)  =  ________________________________________________X100%
                                          Luas petak contoh

                                                            Dominansi suatu jenis
f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) =  ___________________________________X100%
                                                            Dominansi seluruh jenis

                                                INP= KR +FR +DR      
g. Indek Nilai Penting = ______________________________________X100%
                                                            3

IV.            DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2002. Profil dan Rencana Tata Ruangkota Manado 2002-201. Manado.
Clements, F. E dan J. E. Weaver.19978. Plant Ekology. Second edition.Mc graw-Hill                      Book Company,Inc .New York.
Curtis, J.T., and R.P. McIntosh. 1951.Anupland forestcontinuumin the praire-forest border   region of Wisconsin.Ecol. 32 (3):476-496.
Dumbois, D, M.and H.Ellberg.1974. Aims and methods of vegetation Ecology.Jhn Wiley and                            Sons. New York,Chichester,Vriesbane,Toronto
Faryanti, F. 2003. Kajian Perbedaan Dan Struktur Vegetasi Hutan Lidung  Tumpa Pada     Berbagai Aspek Lereng . Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas     Pertanian Universitas Sam Ratulangi.Manado.
Kershaw, K. A, 1973.  Quantitatif and Dinamic Plant Ecology. Second Edition.Edwar Arnold  (Publisher) Limited,Lodon.
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Palenewen,J. L; H Walagitan dan H.Pollo.1994.Pengkajian dan Pengembangan Hutan Kota di  Tumpa Kotamadya Manado.Laporan Penelitian. Kerja sama Fakultas Pertanian UNSRAT Manado dan Dinas Kehutanan  Provinsi Sulawesi Utara Manado.
Polii, S dan Walagitan, H. 2003. Studi Prosepsi Pengembangan Hutan Kota  Tumpa Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Ekowisatadi Provinsi Sulawesi Utara. EKOTON,Vol 3 15-24.
Salim, H, S. 2004. Dasar – Dasar Hukum Kehutanan. Penerbit Sinar Grafika Jakarta,
Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institut               Pertanian Bogor
Zaim A. S. 1998. Kamus Kehutanan Rineka Cipta Jakarta.




Parameter yang diukur untuk mendapatkan Indeks Nilai Penting : Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan/vegetasi.

Parameter vegetasi dan perhitungannya

 

                                                Jumlah individu spesies

Kerapatan spesies (D)     =

                                                Ukuran plot sampel   

                                                Kerapatan spesies

Kerapatan relatif (DR)     =   

                                                Kerapatan spesies total

                                                Jumlah plot spesies A ditemukan     

Frekuensi spesies (F)      =    

                                                Jumlah total plot

                                                Frekuensi spesies

Frekuensi relatif (FR)       =

                                                Frekuensi total spesies                      

Luas bidang dasar spesies

Dominansi spesies (Do)     =                                                       (untuk pohon,       

                                                Ukuran plot                                     tiang,pancang)

                                                Dominansi spesies

Dominansi relatif (DoR)   =                                           x 100 %

                                                Dominansi total spesies        

Indeks nilai penting            = DR +FR+ DoR

                                             = DR + FR (untuk tumbuhan bawah dan pancang)      

 


sampling-2_Pic9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar