Kamis, 09 Mei 2013

IKATAN MAHASISWA SE ANGKATAN 2011 PPM- LJ SULUT

Penerimaan Mahaiswa Baru ( MABA) Tahun Angkatan 2011 di terima secara remis dari oerganisai PPM LJ
(Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Lanny jaya di Manado Sulawesi Utara di Gedung Matindas Manado.












terlampat dapat hukuman 








Tery Wenda
Agustinus Yigibalo
Dekien Wakur








Pimpinan Sidang MUA




Senin, 06 Mei 2013

Puisi Buat Papi dan Mamiku




Puisi untuk Papa dan Mama

Papa, dan Mama ku tau setiap jalanmu
Yang berliku-liku untuk membuat saya bahagia
Beban Mu ketika melihat ku kekurangan
Beban Mu ketika melihat ku sakit
Kerja keras Mu yang tak pernah usai
Harapan dan kasih setia
Engkau telah berikan kepada ku
Ku tau ku tak mampu untuk menggantikan semua itu kepadaMu
Tetapi aku akan mencobanya
Untuk mencintai Mu, untuk menuruti Mu
Untuk mengasihi, dan untuk memberikan Doa
Dengan penuh pengharapan kepada Mu
Setiap hari setiap saat
Engkau mencucurkan banyak air mata dan keringat
Untuk mencukupkan segala sesuatu yang ku butuhkan
Ku akan mengingat semua hal yang telah Engkau berikan kepadaku
Menjagai ku saat ku takut dan gemetar
Mengajari ku nilai nilai yang penting
Berdoa untukku ketika aku sakit
Terima kasih Tuhan untuk memberikan ku
Papa dan Mama yang sangat indah
Dan sangat sayang kepadaku
Seperti Engkau mengasihi ku
Terima kasih Papa dan Mama
Engkau telah mengajarkan banyak hal kepadaku
Aku menyayangi Papa dan Mama
Selama-lamanya....

Manfaat Beringin - Manfaat Sehat Alami

Manfaat Beringin - Manfaat Sehat Alami

Rabu, 24 April 2013

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN GUNUNGTUMPA, SULAWESI UTARA*)


STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HUTAN  GUNUNGTUMPA,  
SULAWESI UTARA*)
omisi Pembimbing: Dr. Ir. Martina A. Langi, M.Sc (Ketua), Ir. Reinold P. KaideMP (Anggota) WawanNurmawan S.Hut, M.Si (Anggota)


Abanius Yanengga / 090317012**)

                                                                                                I.          PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Gunung Tumpa pada awalnya ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung; sejak tahun 2012 ditetapkan sebagai Taman Hutan Rayaberdasarkan Surat Keputusan Menteri No 700/Kpts/ Um/7/78 tanggal 13 Nopember 2012 dengan luas 215 hektar. Secara geografis terletak antara 1o30 -1o40, LU dan 124o40 - 126o50 BT.  Secara administratif sekitar 90 persen kawasan masuk Kota Manado, sisanya 10 persen berada di wilayah Kabupaten Minahasa Utara.Gunung Tumpa berada pada ketingian 610‑750 m dpl . Gunung Tumpa cukup berisiko karena memiliki tanjakan yang tinggi dan lembah yang curam 15‑70% (Anonimus, 2002) dan (Palenewen, dkk (1994).
Rencana tata guna lahan Gunung Tumpa didasari pada pertimbangan iklim, letak dan keadaan tanah,sifat tanah,dan perkembangan masyarakat yang bertujuan sebagai penahan erosi,longsor,banjir,dan pemeliharan kesuburan tanah (Salim 2004).  Gunung Tumpa mengakomodasi aktivitas pertanian,perkebunan,dan rekreasi alam dalam kondisi terbatas.
Salah satu komponen utama di Gunung Tumpa adalah vegetasi berpohon. Vegetasi yang menempati Gunung Tumpa terbentuk akibat proses intraksi antara vegetasi itu sendiri dengan tanah dan iklim gunung tumpa menyimpan kekayaan alam flora dan fauna yang endemik dan memiliki daya tarik yang unik bagi pengembangan wisata alam. Walaupun dilihat dari segi luas yang relative kecil, namun potensi yang tergantung dalamnya cukup besar (Anonius, 2002).
Fungsi  Gunung Tumpa sangat ditentukan oleh vegetasi yang sangat menutupi kawasan tersebut dimana keberadaan vegetasi dapat digambarkan menganalisis struktur vegetasi. menurut  Dumbois & Ellenbreg (1974). struktur vegetasi dapat didefinisikan sebagai orgaanisasi individu-individu dalam ruang yang membentuk tegakan dan secara lebih luas membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan.
Menurut Palenewen dkk (1994)  jenis-jenis yang mempunyai INP > 100% disebut sebagai penyusun utama komunitas. Jenis-jenis ini merupakan indikator penting yang mencerminkan kondisi dan proses terjadi pada lingkungan tertentu. Antara lingkungan dengan dominasi jenis penyusun vegetasi pada tiap komunitas mempunyai hubungan yang erat (Clements & Weaver,1978). Untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi perlu dikaji dengan  adanya pengamatan langsung di lapangan. Alat yang banyak digunakan untuk kajian yang berhungan dengan komposisi dan struktur vegetasi disebut analisis vegetasi.

1.2.  TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur dan komposisi hutan  Gunung Tumpa.

1.3.  ManfaatPenelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan teknis kepada intansi terkait untuk pengelolaan hutan  Gunung Tumpa.

                                                                                      II.          TINJAUAN PUSTAKA

2.1.     Struktur dan Komposisi Vegetasi
Komposisi dan struktur vegetasi hutan  Gunung Tumpa sangat bervariasi jenis penyusunnya. Adapun komposisi jenis penyusun vegetasi di lokasi penelitian secara umum terdiri atas  berberapa spesies, yaitu : Altonia ranvolvia,Canarium sp,Caryota mitis,KayuBesi, Dilenia ocrheat ,beringin,nantudll.Yang mempunyai nilai kerapatan spesies yang paling  dominan di Gunung Tumpa (Polii & Walangitan, 2003).
Keanekaragaman (biodiversity) suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya ada sedikit saja spesies yang dominan.
Organisasi indivindu-individu tumbuhan dalam suatu areal disebut struktur vegetasi; sedangkan komposisi  vegetasi merupakan susunan dan jumlah jenis dalam suatu komonitas tumbuhan  (Mueller-Dombais dan Ellengberg,1974).
Menurut Kershaw (1973)  struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:
a.      Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan tumbuhan bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu komunitas.
b.     Sebaran horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
c.       Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Apabila banyaknya individu itu dinyatakan persatuan luas maka nilai itu disebut kerapatan (density).Banyaknya suatu perbandingan yang terisi oleh suatu jenis terhadap jumlah petak-petak seluruhnya di sebut frekuensi.Nilai frekuensi sangat diperlukan dalam menghitung nilai penting dominasi.Besaran frekuensi relatif yaitu persen frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi semua jenis. Dominansi suatu jenis terdapat jenis jenis lain didalamnya vegetasi dinyatakan berdasarkan besaran-besaran sebagai berikut:
1.     Banyaknya individu dan kerapatan (density)
2.     Persen penutupan dan luas bindan dasar (basal area)
3.     Indek nilai penting (INP) (Importan Value Indeks)
Luas bindang dasar dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan vegetasi hutan. Untuk menentukan nilai penting diperlukan besaran bindang dasar relatif yaitu persen bindang dasar suatu jenis terhadap jumlah bindang dasar semua jenis . Untuk untuk menetapkan dominansi jenis dalam suatu tegakan dapat digunakan salah satu dari besaran- besaran  luas bidang dasar,volume dengan menghitung INP.

2.2.  Analisis Vegetasi
Menurut Ewusie 1992 &Mayor (1997), menyatakan bahwa vegetasi adalah suatu komunitas dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas antara lain adalah susunan flora dan fauna serta pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri kuantitatifnya meliputi beberapa parameter yang dapat diukur seperti kerapatan, frekuensi, dan penutupan.
Menurut Kusmana (1997)  parameter kuantitatif vegetasi dari suatu tipe komunitas tumbuhan adalah sebagai berikut.
a)     Kerapatan (density). Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Bila 50% dari bagian tumbuhan berada dalam petak contoh, maka dianggap tumbuhan tersebut berada dalam petak dan harus dihitung pengukuran kerapatannya.
b)     Frekuensi. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukan jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran persen.
c)     Penutupan (covering). Penutupan adalah proporsi permukaan tanah yang ditutupi oleh proyeksi tajuk tumbuhan. Penutupan selalu dinyatakan dalam persen karena proyeksi tajuk suatu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya kemungkinan besar bertumpang tindih (overlapping). Penutupan bisa juga digambarkan oleh proyeksi basal areal sebagai pengganti dari luasan areal tajuk.

2.3. Deskripsi Umum Gunung Tumpa
Gunung Tumpa terletak pada lokasi yang strategis dilihat dari aspek ekologi, maupun tata ruang, dimana kawasan hutan ini terletak pada daerah pengembangan parawisata Taman Nasional Bunaken. dari aspek aksesibilitas areal  Gunung Tumpa hanya berjarak 7 km dari pusat Kota Manado dan dapat di katakana satu‑satunya ekosistem hutan alami yang paling dekat  dengan Kota Manado.
Secara administrasi  Gunung Tumpa ini termasuk ke dalam dua wilayah yaitu; Kota  Manado (Molas, Maras, dan Tongkaina) dan Kabupaten Minahasa Utara. Kelurahan Molas yang dulunya dikenal dengan Molrasa merupakan salah satu dari lima kelurahan yang terdapat di sekitar  Gunung Tumpa. Posisi Molas persis di kaki Gunung Tumpa sehingga dijadikan sebagai pusat Kecamatan Bunaken. Kelurahan Molas  mempunyai batasbatas sebagai berikut : Sebelah Utara, perbatasan dengan Kelurahan Meras, sebelah Selatan perbatasan dengan Kelurahan Tumumpa, sebelah Barat, perbatasan dengan Pantai Molas (Laut Teluk Manado), dan di sebelah Timur berbatasan  dengan Kelurahan Pandu dan Bailing.
Kondisi flora yang penyusun areal hutan  Gunung Tumpa terdiri atas lima tipe vegetasi yang meliputiareal hutan primer, hutan sekunder, semak belukar,dan alang-alang. Sebaran tipe vegetasi membentuk zonasi dari bagian bawah ke puncak sebagai akibat dari kegiatan perambahan.Secara umum vegetasi pohon yang dominansi Ficus sp. yang tersebar merata di seluruh areal hutan kecuali pada tipe vegetasi alang-alang.Pada hutan primer vegetasi pohon didominansi oleh jenis Palagium spp. dan Canoriu spp.Areal hutan sekunder didominansi oleh Spathodea Campupanulata (Polii & Walagitan).
Dari aspek fauna wilayah  Gunung Tumpa ditemukan berbagai hewan liar seperti 38 jenis burung termasuk 28 famili, 1 genus dan 11 spesies di antaranya bersifat endemik.Masih ditemukan Macaca nigra, babi hutan (Babyrousa babirussa), kus-kus (Ailuops ursinus), berbagai jenis tikus.  Untuk jenis ditemukan  soa-soa (Hydrosaurus amboinensis) dan ular patola (Marelia sp) (Anonim, 1999).

2.4.  Hasil Penelitian di Gunung Tumpa
Berikut hasil penelitian yang pernah dilakukan di hutan Gunung Tumpa :
Tabel 1  Hasil Penelitian di Gunung Tumpa
Metode Penelitian Faryanti
Hasil Penelitian Faryanti
Penelitian ini dilaksanakan di hutan lindung Gunung Tumpa,Bulan Februari sampai April 2003.

Pengamatan dilakukan pada areal yang masih berhutan dengan mengunakan metode simple random sampling dimana petak pengamatan diletakan pada empat aspek lereng yaitu; Utara,Timur,Selatan Barat. Masing masing arah lereng dibuat 3 petak pengamatan yang ditentukan secara acak. Data yang dikumpulkan adalah berupa spesis dan jumlah individu perspesies pada masing –masing fase pertumbuhan. Untuk fase tiang pohon dihitung luas bidang dasar. Ukuran petak untuk tingkat pohon 20x20 m, tiang 10x10 m,sapihan (semai) 5x5 m, dengan jumlah petak masing - masing hara angin,3 petak.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menghitungkerapatan, kerapatan relatif,frekuensi, frekuensi relatif,dominansi, dominansi relatif Indek Nilai Penting (INP) untuk masing masing speseis dengan rumus setiap pada fase pertumbuhan
Hasil analisis tingkat semai,menujukkan ada 25 spesis dengan INP >10%, dapat dikategorikan sebagai penyusun utama komunitas tumbuhan di Gunung Tumpa. Berdasarkan pembagian menurut mata angin,maka arah utara terdapat 6 spesis,dimana Fikus sp. Memiliki nilai INP terendah yaitu 10,64% dan tertinggi tepu dengan INP 39,60%. Arah timur laut terdapat 3 spesis, dimana terendah adalah Zigeberaceae dengan INP 24,97% dan tertinggi Calamus sp dengan INP 36,34%. Arah timur terdapat 4 spesis dengan nilai terendah Artocarpus sp, dengan INP 16,96% dan tertinggi tepu dengan INP 41,83%. Arah selatan terdapt 7 spesis, dimana pinang sp, dengan INP terendah yaitu 12,36% dan tepu INP tertinggi yaitu 43,43%. Arah barat terdapat 9 spesis dimana INP terenda Knema latericia 12,88% dan tertinggi tepu 31,91%.
Nilai INP tertinggi vegetasi tingkat semai di Gunung Tumpa adalah Poaceae (tepu) yaitu 41,83% dan terendah adalah Calophyllum soulattri,10,03%. Calamus sp. Adalah sepsis yang terdapat di semua arah mata angin Gunung Tumpa, maka rata-rata INP tertinggi adalah arah timur laut (31,39%) dan terendah barat laut (16,15%).
Metode Penelitian Charles Benedicktus Lasut 
Hasil Penelitian Charles Benedicktus Lasut 
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Lindung Gunung Tumpa,selama tiga bulan yaitu September sampai Nopember 2008
Metode penelitian adalah analisis vegetasi dengan membagi areal penelitian berdasarkan arah mata angin,yaitu aspek Utara,Timur,Selatan, dan Barat. Pada setiap aspek tersebut dilakukan pengamatanjenis-jenis pohonsebanyak empat titik dengan jarak 100 m pertitik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapati jenis-jenis pohon terdapat 55 jenis pohon dengan jumlah keseluruhan 703 individu pohon.Diantara jumlah tersebut terdapat 34 jenis pada aspek Barat. 24 jenis pada aspek Timur, 17 jenis pada aspek Utra,dan 15 jenis pada aspek Selatan.
Dengan demikian maka jumlah jenis terbesar ada pada aspek barat,demikian pula jumlah individu pohon yakni 261 (37%).
Sebaran INP pohon menurut aspek menujukkan bahwa aspek utara didominasi  oleh  jenis-jenis Artocarpus sp,Ardisia celebica,Polyalthial logifolia,Dilenia ocrheata,dan Fikus elastica. Aspek selatan didominasi oleh jenis-jenis Spathodea campanulata,Areca piñata,Dillenia ocrheata,Caryota mitis,dan Pterospermum celebicum. Aspek Timur didominasi oleh jenis-jenis Spathodea campanulata, Garcinia sp, Fikus sp,(batang merah) dan Parishia Philinesi; Aspek Barat didominasi oleh jenis-jenis Spathodea campanulata,Calophylum soulatrii,Lopopetalum javanikum, Parishia Philinesis,dan Dilenia ocrheata.
Metode Penelitian Palinewen dkk

Hasil Penelitian Palinewen
Penelitian ini dilakukan di Hutan Lindung Gunung Tumpa,selama tiga bulan yaitu Mei sampai Juli 2002
Pengamatan dilakukan pada areal yang masih berhutan dengan mengunakan metode survey dimana petak pengamatan diletakan pada empat aspek lereng yaitu; Utra,Timur,Selatan Barat. Masing - masing arah lereng dibuat 5 petak pengamatan yang ditentukan secara acak. Data yang dikumpulkan adalah berupa spesis dan jumlah individu perspesis pada masing-masing fase pertumbuhan. Untuk fase tiang pohon dihitung luas bidang dasar. Ukuran petak untuuk tingkat pohon 20x20 m, tiang 10x10 m,sapihan (semai) 5x5 m, dengan jumlah petak masing - masing hara angin.

Palenewen, dkk. Melaporkan bahwa ada 156 jenis flrora yang meliputi, 88 genus, diantranya jenis yang dilindungi, kontervasi dan melestarikan endemik seperti; Caryota sp, Knema latericia, Masarangense, Calophyilum  soulatrt, Colamus sp,  Spathodea campanulata, Dilenia celebica, Dracontomelum magiverum, Maccaca nigra, Livistona rotundifolia, Balanophora sp, Pigafetta filaris, dan Osmaxylon, Tarsius spectrum, Moleo,Babi hutan,Russa Soa soa dll.





III.            METODOLOGI  PENELITIAN

3.1.        Tempat dan Waktu Penelitian
           Penelitian ini dilaksanakan di Gunung Tumpa Manado Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dua bulan yaitu bulan Mei sampai Juni 2013.

3.2.      Alat dan Bahan yang digunakan
Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan adalah:
§   Alat tulis menulis 
§   Kamera digital
§   Komputer 
§   Tally sheet
§   Meteran
§   Kompas

3.3.        Metode Penelitian
Pengamatan dilakukan pada areal yang masih berhutan dengan mengunakan metode simple random sampling dimana petak pengamatan diletakan pada empat aspek lereng yaitu : utara, timur, selatan, dan  barat. Masing - masing arah lereng dibuat 3 petak pengamatan yang ditentukan secara acak.Data yang dikumpulkan berupa spesis dan jumlah individu perspesises pada masing-masing fase pertumbuhan.Untuk fase tiang pohon dihitung luas bidang dasar. Ukuran petak untuk tingkat pohon 20x20 m, tiang 10x10 m, pancang 5x5 m, dan sapihan (semai) 1x1 m, dengan jumlah petak masing - masing hara angin.

3.4.        Variabel Pengamatan
Penelitian ini meliputi parameter ekosistem vegetasi dengan variabel-variabel yang diamati sebagai berikut :
1.   Jenis pohon
2.   Jumlah pohon perjenis
3.   Diameter pohon
4.   Indeks nilai penting
Sebelum mengadakan pengumpulan data, dilakukan pengamatan lapangan yang meliputi keseluruhan kawasan hutan dengan tujuan untuk melihat secara umum komposisi tegakan hutan serta keadaan fisik setempat dan lain sebagainya. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kerapatan vegetasi.
      Dari setiap transek, data vegetasi diambil ada beberapa tahapan dalam mengambil data transek yaitu :
a)     Menarik meteran dengan posisi awal yang telah diberi tanda (patok atau pengecatan pohon).
b)     Menentukan blok (petak contoh/petak ukur) di sebelah kiri dan kanan garis transek berbentuk bujur sangkar dengan ukuran :
1)     20 x 20 m untuk pengamatan fase pohon (diameter ≥ 20cm)
2)     10 x 10 m untuk pengamatan fase tiang (diameter antara 10 – 20 cm )
3)     5 x 5 m untuk pengamatan fase pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter < 10 cm)
4)     1x1 m untuk pengamatan fase semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m)
c)     Untuk menentukan polot kedua dan selanjutnya jarak 100 m
d)     Mekanisme pengambilan data sebagai berikut :
1)     Identifikasi setiap jenis vegetasi yang ada. 
2)     Mengukur diameter pohon setinggi dada dengan cara mengukur lingkaran   pohon, kemudian dihitung : Diameter keliling pohon.
3)     Setiap data yang telah terkumpul dan teridentifikasi langsung dicatat dalam    tabel pengamatan (tabulasi).
Untuk mengetahui jenis dominan disetiap tingkat pertumbuhan digunakan metode indeks nilai  penting (INP) (Curtis & Kusmana, 1997), dimana INP terdiri atas kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif, yang dihitung berdasarkan persamaannya .
Data yang diperoleh di lapangan dihitung dengan mengunakan analisis vegetasi megunakan rumus:

Jumlah  individu tiap jenis

a.Kerapatan (K)  =   _________________________________X 100%

 Luas petak pengamatan


                                                  Kerapatan suatu jenis
b. KerapatanRelatif (KR) = _____________________________X100%
                                                  Kerapatan seluruh jenis

                                                Jumlah petak ditemukan suatu jenis
c. Frekuensi suatu jenis (F) = ________________________________________X100%   
                                    Jumlah       seluruh pengamatan

                                    Frekuensi relatif suatu jenis
d. Frekuensi Relatif (FR ) = _______________________________________ X100%
                                                Jumlah       seluruh pengamatan

                                          Jumlah luas bidang dasar suatu jenis
e. Dominansi (D)  =  ________________________________________________X100%
                                          Luas petak contoh

                                                            Dominansi suatu jenis
f. Dominansi relatif suatu jenis (DR) =  ___________________________________X100%
                                                            Dominansi seluruh jenis

                                                INP= KR +FR +DR    
g. Indek Nilai Penting = ______________________________________X100%
                                                            3





DAFTAR PUSTAKA


Anonimus.2002. Profil dan Rencana Tata Ruangkota Manado 2002-201.Manado.

Clements,F.E dan J. E. Weaver.19978.Plant Ekology. Second edition.Mc graw-Hill Book Company,Inc .New York.

Curtis, J.T. and R.P. McIntosh. 1951.Anupland forestcontinuumin the praire-forest border   region of Wisconsin.Ecol. 32 (3):476-496.

Dumbois, D. M.and H.Ellberg.1974. Aims and methods of vegetation Ecology.Jhn Wiley and Sons. New York,Chichester,Vriesbane,Toronto

Faryanti, F. 2003. Kajian Perbedaan Dan Struktur Vegetasi Hutan Lidung  Tumpa Pada Berbagai Aspek Lereng . Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi.Manado.

Kershaw,K. A. 1973.  Quantitatif and Dinamic Plant Ecology. Second Edition.Edwar Arnold  (Publisher) Limited,Lodon.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.

Palenewen, J. L. H. Walagitan  & H. Pollo.1994. Pengkajian dan Pengembangan Hutan Kota   di Tumpa Kotamadya Manado. Laporan Penelitian. Kerja sama Fakultas    Pertanian UNSRAT Manado & Dinas Kehutanan  Provinsi Sulawesi Utara,   Manado.

Polii, S. & Walagitan, H. 2003. Studi Prosepsi Pengembangan Hutan Kota  Tumpa Dalam Rangka Menunjang Pembangunan Ekowisatadi Provinsi Sulawesi Utara. EKOTON,Vol 3 15-24.

Salim, H. S. 2004. Dasar – Dasar Hukum Kehutanan. Penerbit Sinar Grafika Jakarta.

Soerianegara, I dan A. Indrawan.1998. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan. Institusi Pertanian, Bogor.

Zaim A. S. 1998. Kamus Kehutanan Rineka Cipta Jakarta.